Blogger Tricks

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, January 8, 2015

Fisiologi Cinta ‘Belahan Jiwa’ dan ‘Pasangan Hidup’



Fisiologi Cinta ‘Belahan Jiwa’ dan ‘Pasangan Hidup’
by Alvernia Rendra

Otak manusia memiliki region yang sensitif terhadap feromon, dikenal sebagai VNO, singkatan dari Vomeronasal Organ. Dahulu kala organ ini diduga telah hilang di primata, namun belakangan dilaporkan bahwa VNO berfungsi di manusia, bahkan bisa mendeteksi feromon di udara dalam konsentrasi setingkat pikogram. Informasi dari VNO disampaikan langsung kepada Amygdala dan Hypothalamus, area-area dalam otak yang terlibat dalam perilaku seksual manusia. Dan reseptor feromon telah teridentifikasi berada di permukaan organ penciuman manusia (olfactory mucosa). Artinya, reseptor feromon manusia itu ada!!
Menurut hasil Human Proteome Project, setidaknya ada lima macam reseptor yang sudah teridentifikasi: V1RL1, V1RL2, V1RL3, V1RL4 dan V1RL5, kesemua gen pengkodenya terletak pada Kromosom nomor 19. Penelitian mengenai respons manusia terhadap feromon itu sendiri sudah dipublikasikan sejak tahun 2001 lalu oleh para Ilmuwan Swedia di

Huddinge University Hospital. Hasil studi ini mengatakan bahwa feromon apabila diterima oleh reseptornya di lalu menimbulkan reaksi pada VNO, maka akibat fisiologisnya adalah meningkatnya aliran darah menuju Hypothalamus dan Amygdala. Penelitian dilakukan dengan menggunakan PET (Positron Emission Topography) kepada subjek yang diekspos kepada chemosignals. Dalam penelitian ini, sinyal-sinyal kimia yang digunakan adalah Testosteron untuk perempuan dan Estrogen untuk laki-laki, namun belum ada penelitian yang dapat memastikan bahwa dalam kondisi sebenarnya, testosteron dan estrogen merupakan sinyal kimia yang digunakan oleh tubuh manusia.

Dalam studi lainnya didapati bahwa variasi genetika dalam HLA (Human Leukocyte Antigen) turut menentukan ‘siapa bakal jatuh cinta sama siapa’, studi tersebut mengamati mekanisme MHC (Major Histocompatibility Complex) dalam kaitannya dengan variasi HLA. Dua studi turunannya telah dilakukan, satunya melibatkan patogen (agen penyebab penyakit) dan satunya tidak melibatkan patogen. Kedua studi tersebut justru mendukung hipotesa bahwa wanita lebih cenderung memilih untuk berpasangan seksual dengan pria yang memiliki gen yang dapat menguntungkan bagi keturunannya kelak. Individu yang membawa keuntungan genetis yang dimaksud adalah, pria yang membawa gen yang tidak dimiliki oleh si wanita, atau pria yang dapat memperkuat sistem imun keturunan mereka kelak.

Dalam hal HLA, allela (pasangan gen) menunjukkan ko-dominasi (sama dominannya antar dua gen yang berpasangan), dengan akibat bahwa heterozigot dapat merepson antigen ‘non-self pathogenic’ secara lebih luas (lebih banyak antigen yang dapat terdeteksi), dan sistem kekebalan dari individu yang heterozigot juga dapat mengikat dua kali lebih banyak peptida (atau protein) asing, dibandingkan dengan seorang individu yang homozigot. Molekul HLA mengikat dan menunjukkan pecahan sel-sel penyakit pada permukaan membran sel, di mana kemudian akan dikenali oleh T-Cells. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak jenis molekul HLA dapat berakibat pada ketahanan terhadap penyakit secara lebih luas. Lalu kemudian dapat disimpulkan bahwa individu yang heterozigot lebih diuntungkan oleh seleksi alam. Seorang wanita, dengan demikian, akan lenih memilih untuk kawin dengan pria yang dapat menyediakan gen untuk melawan penyakit yang sedang berkembang pada saat mereka kawin, di samping gen si wanita itu sendiri juga akan menyediakan kekebalan bagi si anak kelak. Dan dari teori mengenai gen kekebalan ini, telah berkembang berbagai teori baru mengenai bagaimana pasangan saling memilih untuk keuntungan keturunan mereka.

Teori lain tentang VNO dan feromon adalah mengenai peranan Androstenes sebagai sinyal kimia atau feromon. 16-Androstenes digunakan oleh babi hutan sebagai feromon mereka. Dan senyawa yang sama, juga dipercaya diproduksi oleh manusia sebagai feromon. Microba pada ketiak manusia bereaksi terhadap 16-Androstene yang diproduksi oleh kelenjar keringat di kulit ketiak, sehingga membentuk bau khas pada tiap individu. Dua hal, variasi individu dan perbedaan jenis kelamin dapat menentukan persepsi manusia terhadap bebauan ini. Ini juga mendukung teori bahwa senyawa 16-Androstene memainkan peranan penting dalam menentukan perilaku sosial, dan ada banyak sekali bukti ilmiah yang menyatakan bahwa mereka dapat mempengaruhi perubahan persepsi mengenai kita mengenai seseorang, mood individu, bahkan dapat mengubah perilaku kita secara keseluruhan dan fungsi alat-alat tubuh. Di antara berbagai peristiwa fisiologis tersebut, semuanya dapat dihasilkan melalui berbagai perbedaan pada molekul yang terlibat, entah itu perbedaan struktur kimiawi, perbedaan konsentrasinya maupun perbedaan lainnya.

Model pola pasangan manusia yang ditawarkan oleh para Adaptationist memberikan ide mengenai hal-hal yang sepele namun teknis dan merupakan reaksi biologis, dapat mempengaruhi interaksi sosial antar gender. Bahkan dalam sebuah studi disimpulkan bahwa sinyal-sinyal kimia dari Wanita yang sedang Ovulasi apabila diterima Pria melalui VNO dapat menghasilkan respons hormon pada pria tersebut, yang mana kebanyakan respons hormon tersebut mengarah kepada dorongan seksual agar pasangan tersebut melakukan koitus (hubungan intim) pada saat itu. Hal ini lah yang mengakibatkan banyaknya pasangan muda yang ‘kecelakaan’ dan mengalami kehamilan di luar nikah, apabila mereka senantiasa berdekatan dalam keseluruhan siklus menstruasi Wanitanya. Pria yang terpapar kepada aroma seorang wanita yang sedang ovulasi akan memiliki kadar testosteron yang luar biasa tinggi apabila dibandingkan dengan pria yang tidak terpapar aroma tersebut. Dengan demikian, studi tersebut menyimpulkan bahwa bebauan sebagai sinyal kimia dari Wanita yang menandakan kesuburannya, secara langsung berpengaruh kepada reaksi hormonal yang spesifik pada Pria, respons yang mana berkaitan langsung kepada perilaku seksual pria dan inisiasi perilaku kawin dan hasrat yang kuat untuk berhubungan intim.

Kesimpulan

Untuk dapat menghasilkan keturunan yang semaksimal mungkin heterozigot, maka secara teoretis seorang wanita akan tertarik kepada pria yang PALING TIDAK MIRIP atau PALING BERLAWANAN sifatnya dengan dirinya. Yang apabila dikaitkan dengan teori HLA di atas, akan menghasilkan keturunan yang mungkin memiliki jenis antibodi paling banyak. Dari teori ini kemudian berkembang pendapat bahwa seringkali, pasangan manusia yang secara genetis menguntungkan, justru seringkali bertentangan dengan keinginan logika dan rasional manusia, hal ini dikarenakan adanya perubahan distribusi aliran darah dari semulanya banyak ke Cerebral Cortex untuk fungsi logika dan ilmiah, menjadi dialirkan banyak ke Amygdala dan Hypothalamus untuk mendramatisir perasaan romantis dan ‘cinta’ fisiologis. Dan hal ini memungkinkan akibat sebagai berikut: seorang perempuan yang cantik, pintar dan sehat akan memiliki hasrat seksual (atau ‘cinta’) kepada seorang pria yang bodoh, tidak tampan dan kurang sehat; begitu pula seorang pria yang tampan, pintar dan sehat akan memiliki hasrat seksual (atau ‘cinta’) kepada seorang wanita yang bodoh, tidak cantik dan kurang sehat. Pasangan yang ‘ideal’ di mata masyarakat adalah pasangan yang tidak mengandalkan VNO-nya, secara teknis berarti mereka yang aliran darah di otaknya tidak berubah oleh sinyal-sinyal kimia yang diberikan pasangannya, karena hanya dengan demikian logika mereka akan tetap bekerja untuk senantiasa menjalani hubungan yang sehat dengan pasangannya, serta memilih pasangan secara tepat entah itu secara genetis maupun melalui pertimbangan yang masak dan pragmatis.

Pendapat Pribadi

Tulisan ini saya buat karena saya suka geregetan sendiri kalo liat beberapa pasangan yang sekilas nampak ‘nggak banget’ lah, atau jenis pasangan lain yang gak kalah mengganggunya: ‘pasangan yang ngerasa kalo dunia milik mereka berdua’, nggak peduli lingkungan sekitar, dan ‘cinta mereka begitu membara’ sampai hidup makan cinta saja pun bisa terasa realistis di dalam otak mereka. Begitu banyak pasangan naif, dan yang lebih buruk dari itu, begitu banyaknya pasangan yang melakukan maksiat tanpa merasa bersalah setelahnya, dan kecanduan akan hal-hal maksiat tersebut..

Saya pribadi selalu mengkategorikan pasangan sebagai ‘Belahan Jiwa’ atau ‘Pasangan Hidup’. Secara fisiologis, Belahan Jiwa yang saya maksud adalah mereka yang memiliki reaksi kuat terhadap feromon pasangannya, yaitu mereka yang VNO-nya sangat sensitif dan responsif terhadap pasangannya, mereka yang, kata Agnes Monica “Cinta ini, kadang memang tak ada logika…”, simply karena logika mereka mati kalau sudah dihadapkan kepada pasangan masing-masing. Mereka saling melemparkan panggilan sayang atau panggilan romantis kepada satu sama lainnya, panggilan-panggilan yang terdengar konyol oleh orang waras di sekitar mereka, tapi terdengar romantis di telinga mereka.

Sedangkan pasangan jenis kedua adalah ‘Pasangan Hidup’, mereka yang tidak pernah meninggalkan Cerebral Cortex demi Cinta. Mereka yang senantiasa waras dan berpikiran lurus sekalipun dihadapkan kepada situasi sulit mengenai pasangan masing-masing. Mereka yang selalu kuat Imannya dan tidak tergoda oleh syahwat untuk melakukan kemaksiatan. Pasangan Hidup akan jauh dari sifat posesif, cemburu berlebih maupun sakit hati. Pasangan hidup akan saling mendukung karier, lingkungan sosial maupun kesehatan satu sama lainnya, lahir dan batin. Pasangan hidup adalah mereka yang diberi karunia hubungan yang stabil dan penuh kedewasaan.

Witing Tresno Jalaran Seko Kulino… Barangkali mengejewantah dalam bentuk sintesa protein V1RL1-5 di mukosa olfaktori kita. Jangan pernah berpikir bahwa kita tidak akan bisa mencintai seseorang yang kita nikahi tanpa pacaran. Karena kita semua punya kromosom 19, kalau Anda nggak punya kromosom 19, Anda nggak akan ngerti atau nggak akan bisa baca tulisan saya ini. Sedangkan Anda yang punya kromosom 19, Insya Allah mampu mencintai siapa pun yang ada putuskan untuk dicintai oleh Anda. Karena paparan terhadap sinyal kimia yang sama secara periodik dan kontinyu akan dapat menciptakan reaksi fisiologis pada akhirnya. Saat itu lah, ketika cinta tumbuh, karena kita ‘ingin mencintai’ pasangan kita, bukan cinta tumbuh karena kita ‘ingin berreproduksi’ dengan pasangan kita belaka.

Tulisan ini saya buat, utamanya untuk mengingatkan diri saya pribadi, semoga saya dijauhkan dari ‘Belahan Jiwa’ saya, seandainya dia dapat mendatangkan lebih banyak mudharat daripada manfaat, sebagaimana yang banyak saya lihat di lingkungan sekitar saya belakangan ini. Apabila tulisan ini dapat bermanfaat bagi Anda yang membacanya, maka segala puji saya sampaikan kepada Allah Azza wa Jalla yang telah menurunkan sedikit ilmu dan hikmah-Nya kepada saya. Apabila ada di antara Anda yang tersindir oleh tulisan saya ini, semoga akal sehat Anda tidak dihilangkan-Nya karena bermaksiat di atas bumi-Nya, dan ketahuilah, bahwa Ikhtilat dan Khalwat bukanlah perbuatan yang patut di-amini, apalagi dihalalkan begitu saja.

Saya hanya men-tag orang-orang yang saya yakin mereka akan membaca tulisan saya ini dengan prasangka baik dan berusaha mengambil ilmu darinya, seandainya ilmu tersebut bermanfaat bagi mereka (dan tentunya teringat pada saat saya menulis ini). Dan bagi Anda yang tidak saya tag tapi merasa tersindir, dengan segala kerendahan hati saya memohon maaf, karena tulisan ini saya buat bukan untuk menyakiti siapapun dan sekali lagi, justru utamanya untuk mengingatkan diri saya sendiri. Semoga Rahmat dan Karunia Allah senantiasa turun kepada mereka yang menjauhkan diri dari maksiat dan senantiasa takut kepada Adzab-Nya.

Friday, November 21, 2014

“Kalender Hijriyyah bukan Didasarkan Lama Waktu Bulan Mengelilingi Bumi”



Banyak dari kita beranggapan bahwa kalender Hijriyyah yang dijadikan acuan penentuan hari ibadah umat Islam didasarkan waktu edar (periode revolusi) Bulan mengelilingi Bumi. Ini tidak terlalu tepat. Kalau hanya berdasarkan periode revolusi Bulan mengelilingi Bumi maka satu bulan hanya 27,304 hari. Sedangkan dalam kalender Hijriyyah lama waktu satu bulan adalah 29,5 hari. Sehingga bergantian jumlah hari dalam satu bulan kalender Hijriyyah adalah 29 hari dan 30 hari.

Mengapa 29,5 hari? Karena kalender Hijriyyah didasarkan pada selang waktu antara dua bulan purnama atau antara dua bulan baru berurutan. Selang waktu dua bulan purnama atau dua bulan baru ditentukan oleh gerak Bulan mengelilingi Bumi dan gerak Bumi mengelilingi Matahari sekaligus. Jadi, penentuan kalender Hijriyyah mempertimbangkan keberadaan tiga benda langit terbesar yang paling dekat kita: Bumi, Bulan, dan Matahari.

Satu tahun kalender Hijriyyah memiliki panjang waktu 354 hari, atau lebih pendek (365-354) = 11 hari dari kalender Masehi. Oleh karena itu hari-hari besar Islam selalu maju 11 hari dibandingkan tahun yang lalu. Lama waktu satu tahun kalender Masehi yang lebih teliti adalah 365,25 hari. Oleh karena itu, hari besar Islam akan kembali ke tanggal dan bulan semula setelah 365,25/11 = 33 tahun.


Saturday, October 25, 2014

Sukses itu kombinasi

Suatu hari, terdapat sebuah diskusi hangat antara seorang direktur sebuah perusahaan elit di bilangan kota Jakarta dengan seorang kandidat karyawan yang sedang diinterview. Tersebutlah si kandidat yang sedang diinterview ini adalah seorang lulusan dari sebuah perguruan tinggi negeri paling bergengsi dan berkualitas di negeri ini. Seabreg prestasi termasuk lulus dengan predikat suma caum laude pun berhasil digaetnya, beasiswa dari banyak pihak selama kuliah pun berhasil diraihnya. Intinya sangat cerdas dan sangat berprestasi.

“Sungguh saya sangat bangga membaca lamaran & CV, Anda. Sungguh saya merinding membaca satu persatu prestasi Anda, terutama prestasi ketika Anda kuliah, sungguh melejit dan bombastis. Anda sepertinya tidak punya waktu luang yang banyak selain untuk sibuk di organisasi ini itu, lomba ini itu, it’s so superb!” Begitu puji sang direktur dengan sedikit senyuman menatap sarjana muda suma cum laude di depannya.
“Bagaimana Anda bisa melakukan semua kebiasaan positif ini?” Tanya sang direktur melanjutkan.
“Saya sibuk bekerja keras, bekerja keras belajar, bekerja keras menyibukkan diri di organisasi ini itu yang sifatnya semuanya positif. Dan saya pun bekerja keras mencari beasiswa sana-sini untuk kerianganan biaya kuliah saya. Itu sekilas yang biasa saya lakukan, Pak.” Jelas sarjana muda bersemangat.
“Umm…amazing sekali ya. Tapi, ngomong berkenankah saya melihat telapak tangan Anda?” Pinta sang direktur dengan senyuman.

Sarjana muda bingung apa hubungannya interview dengan melihat telapak tangannya. Toh biasanya dalam berbagai kelas seminar dunia karir tidak pernah dia menemukan kasus sang direktur melakukan sebuah perminataan seperti itu. Sederhana sih, tapi terasa aneh. Antara bingung dan canggung, ya sudah nurut saja menglurkan telapak tangannya.

“Silakan, Pak.” Jawab sarjana muda dengan agak gemetar, sedikit nampak keraguan. Raut mukanya masih diselimuti kebingungan mendalam.
“Hmmm… Tangan Anda sungguh snagat putih, bersih, dan halus lembut. Boleh tahu apa pekerjaan kedua orangtua Anda saat ini?” Tanya sang direktur lebih lanjut.
“Ayah saya sudah meninggal sejak saya kecil. Ibu sayalah yang jadi tulang punggung saya di keluarga. Pekerjaan Ibu saya sebagai buruh cuci pakaian tetangga.” Papar sarjana muda dengan sedikit muka sedih. Mungkin terbayang kenangan pahit ditinggal sang ayah.
“Sejak kapan ibu Anda menggeluti hidupnya sebagai buruh cuci pakaian?”
“Sejak saya masuk SMP, Pak.”
“Dari SMP sampai Anda kuliah bagaimana prestasi Anda terutama prestasi akademik?”
“Sangat bagus, Pak. Sering saya menerima beasiswa dari sekolah untuk meringankan biaya sekolah.”
“Oow… Pernahkah Anda membantu pekerjaan Ibu Anda sebagai buruh cuci pakaian?”
“Mohon maaf, Pak. Ibu saya sering menasihati saya untuk terus belajar dan bekerja keras tiada henti agar saya bisa sekolah tinggi, di tempat yang berkualitas, serta lulus dengan sangat memuaskan. Saya terlalu sibuk untuk organisasi dan kegiatan lain sebagai pendorong utama kesuksesan saya di dunia perkuliahan.” Terang sarjana muda.
“Hmm… Silakan Anda pulang ke rumah, saya beri anda waktu 10 hari untuk merubah kebiasaan buruk Anda tidak pernah membantu pekerjaan orangtua. Setelah ada perubahan apa yang telah Anda lakukan terhadap orangtua Anda, silakan datang lagi ke sini. Mudah-mudahan Anda masih mendapatakan posisi layak di perusahaan kami.” Papar sang direktur kemudian berlalu meninggalkan sarjana muda yang jenius dan berprestasi di depannya.

Sarjana muda hanya menunduk, wajah merah menahan malu dan sedikit amarah, lalu meneteskan airmata. Batinnya bergejolak, perang!
“Kenapa saya ditolak? ‘Kan saya sangat kaya akan prestasi. Nilai IPK saya tinggi, kampus saya bergengsi, jurusan saya pun sangat cocok untuk posisi penting di perusahaan ini. Saya sangat ahli di bidang ini. Tapi kenapa saya ditolak, kenapa?” Begitu gemuruh batinnya meronta keras.

Antara bayangan karir cemerlang dan penderitaan ibunya, ketika pulang dia menyaksikan secara perlahan kondisi ibunya. Dari kejauhan Nampak jelas jalannya sudah tak sekuat dulu ketika masih ada bapaknya. Tak sekuat dulu ketika masih muda, kulitnya tak seindah dulu yang belum keras bekerja. Lantunan bicara dan suaranya tak seindah dulu. Dan ketika sudah dekat si anak ini langsung ambruk di depan ibunya, memeluknya segera sambil menjerit menangis. Dia lihat kedua telapak tangan ibunya. Nampak banyak bekas luka dan snagat kasar sekali. Sungguh sarjana muda makin menjerit tangisannya.

“Ibu, maafkan Ananda! Maafkan selama bertahun-tahun Ananda tidak pernah peduli dengan keadaan Ibu ini. Maafkan Ananda yang enggan membantu Ibu hanya karena terlalu egois mengejar kesuksesan di kuliahan. Maafkan Andana, Ibu!” Jeritnya makin mengaung.
Ibunya terdiam, setetes demi setetes airmata wanita tua itu jatuh menghantam debu-debu tanah di depan rumah reyotnya.
“Tidak apa-apa, Nak. Kamu fokus saja dengan pendidikan dan karirmu. Teruslah berprestasi dan beribadah pada Tuhan, Nak.” Tangisan dan suara serak bercampur dari mulut si ibu.
“Tidak, Bu. Justru Ananda tersadarkan, hidup Ananda tidak akan berkah dan kini terasa sulit hanya untuk menembus karir saja. Ibu sudah menyadarkan dan mencambuk Ananda.”

Keesokan harinya si anak mulai merubah sikapnya. Mati-matian belajar keras bagaimana getirnya hidup ibunya sebagai buruh cuci juga ratu di gubuk tua dan reyotnya. 10 hari si anak membantu bekerja dengan ibunya. Nampak jelas banyak luka pedih di tangannya. Tanganyya kini berubah menjadi kasar danjelas banyak bekas luka. Maklum belum terbiasa.

“Pak, saya datang menghadap Bapak bukan untuk mengharap pekerjaan dan posisi di perusahaan Bapak. Saya hanya ingin menyampaikan terima kasih secara langsung Bapak telah menjadi guru kehidupan saya. Bapak telah mencambuk saya. Saya sedang belajar total bagaimana getirnya kehidupan dan ebban hidup Ibu saya. Dan saya ingin menikmatinya juga, bukan hanya ibu saya sendirian. Sekali lagi terima kasih, Pak.” Kemudian sarjana muda ijin pamit, undur diri. Kemudian menyalami tangan snag direktur.

Direktur merasa ada perubahan, tangan anak muda ini kini menjadi sangat kasar. Dan ketika dilihat benar saja telah banyak luka dan rupa merah di kedua tangan anak muda tersebut.
“Anak muda…” Potong sang direktur sebelum sarjana muda ini berlalu dari runagannya.
“Duduklah dulu, saya mau bicara. Jujur, perusahaan kami bukan perusahaan sembarangan. Dan kami tidak hanya mau merekrut calon karyawan yang cerdas dalam akademis, manajerial oraganisasi, tapi juga memiliki integritas, profesionalitas, dan memiliki hati. Selamat kamu sduah menemukan hatimu yang sebenarnya. Selamat, Anda diterima di perusahaan kami. Senin depan adalah hari pertama Anda bekerja professional di perusahaan kami.” Papar sang direktur dan kini giliran sang direktur yang berllau meninggalkan sarjana muda. Sang direktur terharu, meneteskan air mata. Dan kini, si sarjana muda kembali menangis. Kedua orang ini sama-sama meneteskan air mata.

KBBI Offline (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Saturday, October 18, 2014

SOAL USM TELKOM UNIVERSITY