Blogger Tricks

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Friday, November 21, 2014

“Kalender Hijriyyah bukan Didasarkan Lama Waktu Bulan Mengelilingi Bumi”



Banyak dari kita beranggapan bahwa kalender Hijriyyah yang dijadikan acuan penentuan hari ibadah umat Islam didasarkan waktu edar (periode revolusi) Bulan mengelilingi Bumi. Ini tidak terlalu tepat. Kalau hanya berdasarkan periode revolusi Bulan mengelilingi Bumi maka satu bulan hanya 27,304 hari. Sedangkan dalam kalender Hijriyyah lama waktu satu bulan adalah 29,5 hari. Sehingga bergantian jumlah hari dalam satu bulan kalender Hijriyyah adalah 29 hari dan 30 hari.

Mengapa 29,5 hari? Karena kalender Hijriyyah didasarkan pada selang waktu antara dua bulan purnama atau antara dua bulan baru berurutan. Selang waktu dua bulan purnama atau dua bulan baru ditentukan oleh gerak Bulan mengelilingi Bumi dan gerak Bumi mengelilingi Matahari sekaligus. Jadi, penentuan kalender Hijriyyah mempertimbangkan keberadaan tiga benda langit terbesar yang paling dekat kita: Bumi, Bulan, dan Matahari.

Satu tahun kalender Hijriyyah memiliki panjang waktu 354 hari, atau lebih pendek (365-354) = 11 hari dari kalender Masehi. Oleh karena itu hari-hari besar Islam selalu maju 11 hari dibandingkan tahun yang lalu. Lama waktu satu tahun kalender Masehi yang lebih teliti adalah 365,25 hari. Oleh karena itu, hari besar Islam akan kembali ke tanggal dan bulan semula setelah 365,25/11 = 33 tahun.


Saturday, October 25, 2014

Sukses itu kombinasi

Suatu hari, terdapat sebuah diskusi hangat antara seorang direktur sebuah perusahaan elit di bilangan kota Jakarta dengan seorang kandidat karyawan yang sedang diinterview. Tersebutlah si kandidat yang sedang diinterview ini adalah seorang lulusan dari sebuah perguruan tinggi negeri paling bergengsi dan berkualitas di negeri ini. Seabreg prestasi termasuk lulus dengan predikat suma caum laude pun berhasil digaetnya, beasiswa dari banyak pihak selama kuliah pun berhasil diraihnya. Intinya sangat cerdas dan sangat berprestasi.

“Sungguh saya sangat bangga membaca lamaran & CV, Anda. Sungguh saya merinding membaca satu persatu prestasi Anda, terutama prestasi ketika Anda kuliah, sungguh melejit dan bombastis. Anda sepertinya tidak punya waktu luang yang banyak selain untuk sibuk di organisasi ini itu, lomba ini itu, it’s so superb!” Begitu puji sang direktur dengan sedikit senyuman menatap sarjana muda suma cum laude di depannya.
“Bagaimana Anda bisa melakukan semua kebiasaan positif ini?” Tanya sang direktur melanjutkan.
“Saya sibuk bekerja keras, bekerja keras belajar, bekerja keras menyibukkan diri di organisasi ini itu yang sifatnya semuanya positif. Dan saya pun bekerja keras mencari beasiswa sana-sini untuk kerianganan biaya kuliah saya. Itu sekilas yang biasa saya lakukan, Pak.” Jelas sarjana muda bersemangat.
“Umm…amazing sekali ya. Tapi, ngomong berkenankah saya melihat telapak tangan Anda?” Pinta sang direktur dengan senyuman.

Sarjana muda bingung apa hubungannya interview dengan melihat telapak tangannya. Toh biasanya dalam berbagai kelas seminar dunia karir tidak pernah dia menemukan kasus sang direktur melakukan sebuah perminataan seperti itu. Sederhana sih, tapi terasa aneh. Antara bingung dan canggung, ya sudah nurut saja menglurkan telapak tangannya.

“Silakan, Pak.” Jawab sarjana muda dengan agak gemetar, sedikit nampak keraguan. Raut mukanya masih diselimuti kebingungan mendalam.
“Hmmm… Tangan Anda sungguh snagat putih, bersih, dan halus lembut. Boleh tahu apa pekerjaan kedua orangtua Anda saat ini?” Tanya sang direktur lebih lanjut.
“Ayah saya sudah meninggal sejak saya kecil. Ibu sayalah yang jadi tulang punggung saya di keluarga. Pekerjaan Ibu saya sebagai buruh cuci pakaian tetangga.” Papar sarjana muda dengan sedikit muka sedih. Mungkin terbayang kenangan pahit ditinggal sang ayah.
“Sejak kapan ibu Anda menggeluti hidupnya sebagai buruh cuci pakaian?”
“Sejak saya masuk SMP, Pak.”
“Dari SMP sampai Anda kuliah bagaimana prestasi Anda terutama prestasi akademik?”
“Sangat bagus, Pak. Sering saya menerima beasiswa dari sekolah untuk meringankan biaya sekolah.”
“Oow… Pernahkah Anda membantu pekerjaan Ibu Anda sebagai buruh cuci pakaian?”
“Mohon maaf, Pak. Ibu saya sering menasihati saya untuk terus belajar dan bekerja keras tiada henti agar saya bisa sekolah tinggi, di tempat yang berkualitas, serta lulus dengan sangat memuaskan. Saya terlalu sibuk untuk organisasi dan kegiatan lain sebagai pendorong utama kesuksesan saya di dunia perkuliahan.” Terang sarjana muda.
“Hmm… Silakan Anda pulang ke rumah, saya beri anda waktu 10 hari untuk merubah kebiasaan buruk Anda tidak pernah membantu pekerjaan orangtua. Setelah ada perubahan apa yang telah Anda lakukan terhadap orangtua Anda, silakan datang lagi ke sini. Mudah-mudahan Anda masih mendapatakan posisi layak di perusahaan kami.” Papar sang direktur kemudian berlalu meninggalkan sarjana muda yang jenius dan berprestasi di depannya.

Sarjana muda hanya menunduk, wajah merah menahan malu dan sedikit amarah, lalu meneteskan airmata. Batinnya bergejolak, perang!
“Kenapa saya ditolak? ‘Kan saya sangat kaya akan prestasi. Nilai IPK saya tinggi, kampus saya bergengsi, jurusan saya pun sangat cocok untuk posisi penting di perusahaan ini. Saya sangat ahli di bidang ini. Tapi kenapa saya ditolak, kenapa?” Begitu gemuruh batinnya meronta keras.

Antara bayangan karir cemerlang dan penderitaan ibunya, ketika pulang dia menyaksikan secara perlahan kondisi ibunya. Dari kejauhan Nampak jelas jalannya sudah tak sekuat dulu ketika masih ada bapaknya. Tak sekuat dulu ketika masih muda, kulitnya tak seindah dulu yang belum keras bekerja. Lantunan bicara dan suaranya tak seindah dulu. Dan ketika sudah dekat si anak ini langsung ambruk di depan ibunya, memeluknya segera sambil menjerit menangis. Dia lihat kedua telapak tangan ibunya. Nampak banyak bekas luka dan snagat kasar sekali. Sungguh sarjana muda makin menjerit tangisannya.

“Ibu, maafkan Ananda! Maafkan selama bertahun-tahun Ananda tidak pernah peduli dengan keadaan Ibu ini. Maafkan Ananda yang enggan membantu Ibu hanya karena terlalu egois mengejar kesuksesan di kuliahan. Maafkan Andana, Ibu!” Jeritnya makin mengaung.
Ibunya terdiam, setetes demi setetes airmata wanita tua itu jatuh menghantam debu-debu tanah di depan rumah reyotnya.
“Tidak apa-apa, Nak. Kamu fokus saja dengan pendidikan dan karirmu. Teruslah berprestasi dan beribadah pada Tuhan, Nak.” Tangisan dan suara serak bercampur dari mulut si ibu.
“Tidak, Bu. Justru Ananda tersadarkan, hidup Ananda tidak akan berkah dan kini terasa sulit hanya untuk menembus karir saja. Ibu sudah menyadarkan dan mencambuk Ananda.”

Keesokan harinya si anak mulai merubah sikapnya. Mati-matian belajar keras bagaimana getirnya hidup ibunya sebagai buruh cuci juga ratu di gubuk tua dan reyotnya. 10 hari si anak membantu bekerja dengan ibunya. Nampak jelas banyak luka pedih di tangannya. Tanganyya kini berubah menjadi kasar danjelas banyak bekas luka. Maklum belum terbiasa.

“Pak, saya datang menghadap Bapak bukan untuk mengharap pekerjaan dan posisi di perusahaan Bapak. Saya hanya ingin menyampaikan terima kasih secara langsung Bapak telah menjadi guru kehidupan saya. Bapak telah mencambuk saya. Saya sedang belajar total bagaimana getirnya kehidupan dan ebban hidup Ibu saya. Dan saya ingin menikmatinya juga, bukan hanya ibu saya sendirian. Sekali lagi terima kasih, Pak.” Kemudian sarjana muda ijin pamit, undur diri. Kemudian menyalami tangan snag direktur.

Direktur merasa ada perubahan, tangan anak muda ini kini menjadi sangat kasar. Dan ketika dilihat benar saja telah banyak luka dan rupa merah di kedua tangan anak muda tersebut.
“Anak muda…” Potong sang direktur sebelum sarjana muda ini berlalu dari runagannya.
“Duduklah dulu, saya mau bicara. Jujur, perusahaan kami bukan perusahaan sembarangan. Dan kami tidak hanya mau merekrut calon karyawan yang cerdas dalam akademis, manajerial oraganisasi, tapi juga memiliki integritas, profesionalitas, dan memiliki hati. Selamat kamu sduah menemukan hatimu yang sebenarnya. Selamat, Anda diterima di perusahaan kami. Senin depan adalah hari pertama Anda bekerja professional di perusahaan kami.” Papar sang direktur dan kini giliran sang direktur yang berllau meninggalkan sarjana muda. Sang direktur terharu, meneteskan air mata. Dan kini, si sarjana muda kembali menangis. Kedua orang ini sama-sama meneteskan air mata.

KBBI Offline (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Saturday, October 18, 2014

SOAL USM TELKOM UNIVERSITY

Saturday, October 11, 2014

Passing Grade dan Korban Marketing Bimbel

Ada pertanyaan yang menurut Saya adalah sesuatu yang salah kaprah diantara anak SMA yang mau masuk kuliah. Pertanyaan yang berkaitan dengan pertimbangan memilih suatu jurusan. Berikut contoh pretanyaannya

"klo jurusan ini Passing Gradenya berapa ya?"

atao

"Jurusan ini pasing Grade nya tinggi atau rendah?"

malah yang lebih parah

"Jurusan ini ama jurusan ini tinggian mana passing gradenya?"

-- "Emang ada apa dengan pertanyaan-pertanyaan tadi? Ada yang salah ya?"

Ok... kalau siapa pun anda yang merasa tidak ada yang salah dengan pertanyaan itu. Maka sudah resmi anda dinyatakan sebagai korban marketing Bimbel.

-- "Apa itu korban marketing Bimbel?"
Sebelum saya menjelaskan nya. Saya ingin mengajukan pertanyaan yang harap anda jawab. "Apakah Passing Grade itu?"

Sebelum kalian membuka google dan mengetikkan kata "passing grade" di kolom searchnya

Saya akan menjawab terlebih dahulu menurut versi saya.

Passing Grade memiliki makna yang ambigu menurut saya.
1. passing grade = batasan nilai minimum untuk masuk jurusan berdasar pada  nilai ujian SNMPTN tahun yg lalu.
2. passing grade = batasan nilai minimum untuk masuk jurusan berdasar pada data statistik nilai try out bimbel

Jika anda percaya pada makna yang no 1. Maka saya ingin memberikan info bahwa nilai ujian SNMPTN tidak pernah dikeluarkan oleh panitia SNMPTN... Percayalah... Saya akan memberi anda waktu untuk melakukan search di google, untuk mencari passing grade yang dikeluaran secara resmi oleh situs SNMPTN resmi atau situs perguruan tinggi resmi.

--"Tahunya resmi bagaimana?"
lihat saja domainnya. Kalau belakangnya **.ac.id itu resmi sedangkan yang lain itu bikinan orang, atau organisasi tertentu yang tujuannya bisa bermacam dan belum valid.

Ok sudah dicari? Saya yakin tidak ada yang secara resmi dikeluarkan oleh panitia SNMPTN
Kenapa saya begitu yakin? Karena kalau nilai hasil SNMPTN dikeluarkan secara resmi, seperti nilai ulngan SMA, maka akan banyak orang yang protes, karena pada saat mencocokkan sendiri merasa nilainya tidak seharusnya segitu. (biasanya sih karena lebih kecil dibandingkan perkiraan).

So coba cek dari mana anda mendapat info passing grade tersebut. Dari bimbel kaaann?... Coba tanya ke bimbelnya dari mana dapat nilai passing grade. Pasti merujuk ke definisi passing grade yang no 2.
Nah jika anda termasuk percaya pada definisi passing grade yang no 2 coba pertimbangkan masak-masak sebelum percaya.

  • apakah peserta SNMPTN bisa dibandingkan dengan Try out deari segi jumlah
  • apakah suasana dan keseriusan pelaksanaan Try Out setara dengan SNMPTN
  • apakah anda tahu betul metode statistik yang digunakan untuk menghasilkan pasiing grade dari Try Out
Jika sampai ini anda sudah mulai percaya bahwa tidak seharusnya mempercayai passing grade. Saya akan mengutip Syahrini " Alhamdulillah ya..."

Jika anda masih membandel dan bimbang karena selama ini sudah terlajur terlalu lama memegang passing grade sebagai acuan. Dan timbul pertanyaan kenapa sampai muncul passing grade?

Begini ceritanya

Semua nya berawal dari Try Out

Bimbel melaksanakan Try Out sebagai ajang latihan bagi siswa SMA, biasanya umum juga boleh ikut, untuk mengukur kesiapan siswa SMA menghadapi SNMPTN.

Try Out merupakan cara yang efektif untuk melakukan simulasi dan mengukur apakah siswa sudah siap menghadapi SNMPTN dan mengetahui bagian mana yang masih perlu untuk ditingkatkan dalam belajarnya

Tapi hubungan secara langsung Try Out dengan kelulusan SNMPTN sebenernya tidak ada.

Gini, kalau ada siswa yang ikut Try Out 100 kali dan hasilnya selalu baik, tidak secara langsung menjamin kelulusan siswa tersebut. Benar bukan? Jadi lebih percaya diri menghadapi SNMPTN. iya.. Jadi tahu masih kurang belajarnya dibagian mana iya...

Untuk memaksimalkan manfaat Try Out, supaya bisa digunakan mengukur kira2 apakah kemampuan siswa sudah mencukupi memasuki jurusan yang diinginkan. Dibuatlah passing grade. Yaitu perkiraan nilai Try Out  minimal yang dibutuhkan untuk seolah-olah bisa lulus masuk ke jurusan yang diinginkan.

Cara memperkirakan menentukan nilai minimal try out untuk bisa lulus ke suatu jurusan adalah rahasia dari Bimbel.

Namun menurut prediksi saya, Bimbel mengolah data nilai hasil try out tahun sebelumnya. Yaitu data nilai try out dari siswa bimbelnya yang lulus ke suatu jurusan univ tertentu, misal STEI ITB. Nilai2 try out mereka dilihat sebarannya, dan standar rata2 atau pencilan yang akan dipakai. Dari situ keluarlah data yang kemudian diasumsikan sebagai nilai minimal untuk memasuki suatu jurusan pada tahun lalu. Disebut passing grade

Kalau nanti kalian sudah belajar mengenai statistik di kuliah pasti mengerti. :)

Jadi nilai passing grade ini sangtlah subjektif. Tapi sangat berguna untuk mengukur apakah kira2 kemampuan siswa sudah mencukupi.

Sampai di sini saya masih menganggap passing grade adalah sesuatu yang positif.

Seiring berjalannya waktu, passing grade dijadikan acuan untuk menentukan memilih jurusan. Ini bagian yang saya tidak setuju. Apalagi ada beberapa bimbel yang mengutamakan siswanya lulus SNMPTN tanpa menghiraukan siswa tersebut cocok di jurusan itu atau tidak. Meluluskan siswa di SNMPTN menjadi suatu hal yang sangat penting bagi bimbel, tapi bukan berarti tidak memperdulikan bagaimana minat siswa tersebut

contoh:

-- Siswa: "Saya bingung nih mau masuk jurusan A atau jurusan B"
-- Oknum: "lihat saja passing gradenya, pilih saja yang kecil"

pembicaraan di atas analoginya seperti ini

-- Siswa: "Saya bingung nih mau pergi ke Surabaya atau ke Bandung"
-- Oknum: "Pilih saja yang tiketnya murah"
lho sebenarnya ini tujuannya perginya ngapain dulu nih?

Tapi ga semua Bimbel begini koq.

Menurut saya, seharusnya siswa yang masih bingung memilih jurusan, dibantu untuk cari tahu minatnya paling sesuai dengan jurusan apa. Bukan disodori cara paling mudah untuk melanjutkan kuliah tanpa menghiraukan konsekuensi salah jurusan.

Oh salah jurusan ini hal yang sangat menyeramkan. Bayangkan anda lolos SNMPTN namun setelah berada di jurusan tersebut, ternyata itu bukan minat anda. Bisa jadi anda tidak akan pernah menyelesaikan kuliah tersebut alias DO. Banyak kasus DO ITB karena alasan semacam ini.

--"Saya belum tahu minat saya, bagaimana dong?"

Tenang, jangan panik. begini tips dari saya untuk mengetahui minat anda di jurusan apa.
Cari informasi mengenai semua jurusan sedetilnya. Mulai dari mempelajari apa, mata kuliahnya apa saja, praktikumnya seperti apa, lulusannya bekerja di mana, kerjanya seperti apa dan ngapain aja.

cari informasi ini bisa dilakukan dengan browsing di situs resmi universitas/jurusan, tapi yang paling efektif bertanya langsung dengan alumni yang pernah kuliah di jurusan tersebut.

kalau sudah mendapatkan semua informasi, pasti ada jurusan yang menurut anda keren, gua banget.

kalau belum berarti informasinya belum banyak :) mari bersemangat untuk mencari informasi lagi dan lagi.

Nah jika sudah tahu jurusannya apa. Barulah lihat seberapa besar tingkat kompetensi atau peluang untuk masuk ke jurusan tersebut. Dan tingkat kompetensi yang paling valid adalah dilihat dari tingkat kesulitan relatif yang dikeluarkan oleh universitas.

Passing grade, di sini boleh dijadikan referensi namun bukan yang utama.
Jadi menurut saya passing grade sebaiknya dilihat setelah anda tahu jurusan apa yang akan anda pilih. Dan digunakan untuk mengukur kemampuan anda apakah sudah cukup atau tidak.

Friday, September 5, 2014

Permen Kapas


“Permen Kapas"


Pembuatan permen kapas dimulai dengan manaskan gula dalam wadah sehingga mencair. Suhu cair gula sekitar 72 oC. Wadah mengandung celah yang diameternya cukup kecil. Celah tersebut yang akan menjadi tempat keluarnya kapas.

Wadah yang mengandung gula yang sudah mencair diputar dengan kecepatan sudut tertentu. Putaran zat cair membetuk permukaan berbentuk parabola. Akibatnya, tekanan dalam zai cair di sisi dalam dinding lebih besar daripada tekanan atmosfir.

Di samping itu, di permukaan luar wadah yang sedang berputar ada lapisan tipis udara yang berputar mengikuti putaran wadah. Akibatnya tekanan udara tersebut sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer (hukum Bernoulli).

Jadi di sisi dalam dinding wadah terjadi peningkatan tekanan dan di sisi luarnya terjadi penurunan tekanan. Akibatnya cairan gula terdorong keluar lubang-lubang di dinding wadah.

Laju aliran massa cairan gula keluar lubang dinding wadah (laju produksi permen kapas) bergantung pada perbedaan tekanan, viskositas cairan gula, diameter lubang, dan jumlah lubang. Perbedaan tekanan bergantung pada kecepatan putaran serta diameter wadah. Viskositas cairan gula sekitar 10^4 poise.

Jika kecepatan putar terlampu kecil maka tidak cukup tekanan untuk mendorong cairan gula keluar dari lubang. Sebaliknya, jika kecapatan putaran terlampau besar maka cairan yang keluar terputus-putus dan tidak membentuk kapas-kapas yang panjang. Jadi ada jangkauan kecepatan putaran optimum.

Namun, kalau para Mang penjual permen kapas menggunakan rumus seperti ini mungkin sudah keburu pingsan sebelum sempat menjual permen kapas. Mereka mendapatkan nilai optimum hanya berdasarkan coba-coba atau informasi dari pendahulunya.



Tampak di sini bahwa persoalan sederhana kadang menuntut matematika yang cukup rumut untuk menjelaskan mengapa kejadiannya demikian.